Senin, 06 Desember 2010

MER-C Rekomendasikan Pencegahan HIV/AIDS Nonkondom


MER-C Rekomendasikan Pencegahan HIV/AIDS Nonkondom

Antara
Antara -  Sabtu, 4 Desember
MER-C Rekomendasikan Pencegahan HIV/AIDS Nonkondom
Bogor (ANTARA) - Organisasi kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia merekomendasikan cara pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS yang perlu dilakukan, di luar pola membagikan produk kondom kepada masyarakat.
"Kami menyayangkan cara pemerintah, aktivis dan lembaga peduli AIDS yang memperingati hari AIDS se-dunia pada 1 Desember lalu dengan membagi-bagikan produk kondom secara gratis kepada masyarakat," kata Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad melalui penjelasan yang disampaaikan di Bogor, Jumat.
Karena itu, kata dia, MER-C sebagai sebuah lembaga sosial yang peduli terhadap isu-isu kesehatan dan kemanusiaan merekomendasikan cara-cara pencegahan dan pemberantasan HIV/AIDS yang sangat serius.
Rekomendasi tersebut, katanya, adalah memutus mata rantai penularan HIV/AIDS dengan memberantas/melarang narkoba dan seks bebas/perzinahan (heteroseksual dan homoseksual) serta menindak tegas pengguna narkoba dan pelaku seks bebas.
Kemudian, menghentikan pembagian kondom gratis dan memberikan penjelasan yang benar mengenai kondom.
Ia mengemukakan bahwa kondom dirancang untuk alat kontrasepsi, bukan dirancang sebagai alat untuk mencegah virus HIV/AIDS.
Kondom, katanya, tidak bisa mencegah penularan HIV/AIDS karena ukuran pori kondom adalah 1/60 mikron jauh lebih besar dari virus HIV/AIDS yang hanya berukuran 1/250 mikron sehingga menyesatkan kalau kondom bisa mencegah HIV/AIDS.
"Gunakan kondom hanya sebagai alat kontrasepsi (program keluarga berencana/KB," katanya menegaskan.
Rekomendasi lainnya, adalah mengisolasi penderita HIV/AIDS yang tidak bisa mengendalikan perilakunya (narkoba dan seks bebas) sehingga mengancam orang lain tertular, disertai dengan terapi pengobatan yang benar.
Kemudian, hidup bersama penderita HIV/AIDS bisa dilakukan jika penderita sudah dapat dikendalikan perilakunya (narkoba dan seks bebas) dan mengikuti pengobatan yang dianjurkan;
Selain itu, melakukan "screening" massal tes HIV/AIDS, khususnya pada pasangan calon pengantin.
MERC juga menyatakan menolak hasil pertemuan di Jenewa (2nd & 3rd Consultation on HIV/AIDS and Human Rights di Jenewa 1996 dan 2002) karena sejumlah pedoman pemberantasan HIV/AIDS tersebut malah meningkatkan penyebaran HIV/AIDS.
Menyayangkan
Menurut Sarbini Abdul Murad, pihaknya menyayangkan cara pemerintah, pegiat dan lembaga peduli AIDS yang memperingati hari AIDS dengan membagi-bagikan produk kondom secara gratis kepada masyarakat, yang tidak hanya di Jakarta, namun pembagian kondom gratis juga marak terjadi di kota-kota lain di Indonesia.
Ia mengatakan, selama beberapa tahun terakhir kegiatan pembagian kondom gratis selalu dilakukan dengan dalih untuk mencegah penularan virus HIV/AIDS.
Padahal, kata dia, cara seperti ini tidak menyentuh akar permasalahan melainkan malah menimbulkan pemahaman yang salah terhadap penggunaan kondom dan meningkatkan perilaku seks bebas di masyarakat.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan RI, jumlah penderita HIV/AIDS di Indonesia sampai dengan September 2010 sudah mencapai 22.726 orang.
Jumlah ini, katanya,diperkirakan baru sebagian kecil dari yang ada sebenarnya, karena bak fenomena gunung es, realita jumlah penderita HIV/AIDS di lapangan bisa jauh lebih besar karena masih banyak penderita yang belum menyadari bahwa dirinya sudah terjangkit penyakit mematikan ini.
"Atau bagi yang sudah menyadari masih banyak yang belum melaporkan kondisinya karena malu, takut, dan sebagainya," katanya.
Ia mengatakan, jumlah penderita AIDS di Indonesia juga terus mengalami peningkatan setiap hari.
Sumber penularan utama dan tertinggi dari pernyakit ini adalah melalui hubungan seksual yang kemudian diikuti dengan penggunaan narkoba melalui jarum suntik secara bergantian.
Yang lebih memprihatinkan lagi, kelompok usia yang paling rentan tertular HIV/AIDS adalah usia produktif 15-49 tahun yang merupakan aset bangsa di masa mendatang.
"Bila cara pencegahan HIV/AIDS tidak segera diubah dan dibenahi, entah bagaimana nasib bangsa ini ke depan menghadapi ancaman penyakit mematikan seperti HIV/AIDS," katanya.

Sumber berita



MER-C Tolak Pekan Kondom Nasional

Minggu, 7 Desember 2008 05:47 WIB | Peristiwa | | Dibaca 702 kali
Jakarta (ANTARA News) - Lembaga sosial yang berfokus pada bidang medis, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C), menyayangkan dan menolak program Pekan Kondom Nasional (PKN) 1-7 Desember 2008 yang dilaksanakan pemerintah dalam rangka peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS), demikian pertanyaan tertulis MER-C yang diterima ANTARA, di Jakarta, Sabtu.

Program PKN diawali dengan Konferensi Kondom pada 1 Desember di Hotel JW Marriot, Jakarta, yang dibuka Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie.

Konferensi kondom ini bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang penggunaan kondom sebagai alat kesehatan dalam mengatasi penyebaran penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS), termasuk HIV.

Namun kampanye kondom ini justru bisa menimbulkan pemahaman yang salah terhadap penggunaan kondom yang kelak malah meningkatkan penyebaran penyakit yang sudah menjangkiti 194 kabupaten di Indonesia.

MER-C mengingatkan bahwa kondom tidak akan berpengaruh terhadap penyebaran HIV karena proses penularan virus HIV terbesar di Indonesia adalah melalui jarum suntik pengguna narkotika dan zat adiktif (49,1 persen), lalu hubungan seksual 46,2 persen (heteroseksual 42,1 persen dan homoseksual 4,1 persen).

Dengan kata lain, narkotika dan perilaku seks bebas adalah penyebab utama menyebarnya HIV/AIDS di Indonesia.

Metode kampanye penggunaan kondom sebagai "penangkal" penularan HIV juga dinilai MER-C tidak tepat karena ukuran pori-pori kondom lebih besar daripada ukuran virus HIV.

Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa ukuran pori-pori kondom lebih besar daripada virus HIV, tapi ternyata tidak diperhatikan atau sengaja diabaikan oleh para aktivis penanggulangan HIV/AIDS, demikian pernyataan MER-C.

Data menunjukkan bahwa ukuran pori kondom adalah 1/6 mikron, sementara ukuran virus HIV adala 1/250 mikron, itu sebabnya virus HIV bisa sangat leluasa menembus kondom.

Ketidakamanan kondom ini juga sudah diserukan oleh berbagai pihak di antaranya ketua Gereja Katolik Mozambik (September 2007) dan Gereja Katolik Vatikan (tahun 2003).

Aldonso Lopez Trujillo, seorang kardinal senior di Vatikan, bahkan menyerukan bahwa kondom tidak aman dan justru menyebabkan AIDS kian meluas.

Bertolak dari data ilmiah ini, MER-C menghimbau agar secara bersama-sama penduduk Indonesia memutus mata rantai penularan virus HIV/AIDS dengan cara melarang serta menghukum tegas para pengguna narkoba dan pelaku seks bebas.

Pemerintah dan pihak yang terlibat aktif dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS harus memberikan penjelasan yang transparan dan benar mengenai kondom.

Data Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) menyebutkan bahwa setiap satu jam terdapat seorang pemuda yang menjadi penderita baru HIV di Indonesia.

Departemen Kesehatan memperkirakan hingga September 2008, jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai 21.151 kasus, terdiri atas 15.135 kasus AIDS dan 6.015 kasus positif HIV.

Proporsi kelompok umur tertinggi kasus AIDS adalah pada usia 20-29 tahun, 51,5 persen. Dari kelompok usia ini, diketahui bahwa transmisi dan penularan HIV terjadi saat usia mereka baru 10-19 tahun. (*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar